"Kadang yang berarti tak sebetulnya mengerti - Unknown"
Gue pernah denger Tag-line itu di timeline twitter gue, entah siapa yang ngetweet gitu. Tapi gue tahu, didalam kalimat itu banyak makna yang bisa dijabarkan menjadi ke beberapa paragraph yang bisa menjelaskan sesuatu penting.
Sesuatu hal yang pernah gue anggap berarti, sekarang udah nggak bener-bener mengerti hanya karena telah diselimuti oleh hal yang dianggapnya sangat penting, materi. Buat gue itu nggak apa-apa. Karena gue belajar untuk tetap menjadi berguna bagi "mereka" tanpa tahu apa "mereka" mengerti tentang keadaan gue.
Banyak cerita yang tertulis waktu gue tugas kerja di kota Surabaya, disana gue banyak belajar arti sebuah kehidupan pahit. Dan kehidupan pahit bukan hanya tentang menghemat uang yang kita punya, melainkan belajar hidup pahit adalah dengan menerima apapun hal yang berkaitan dengan ketidaksamaan argumentasi.
Suatu kegiatan yang tidak didasari oleh sebuah "rasa" cinta tentang kegiatan itu, percayalah jika hal yang kita lakukan akan sia-sia dan nggak akan mencapai maksimal.
Arti kehidupan mampu menjelaskan banyak hal, entah tentang individualisme, mutualisme, komunikasi dan hal-hal lain yang berkaitan didalmnya. Sekarang gue sadar, jika sebuah hal yang berkaitan dengan materi dapat membutakan "mata" hingga melupakan semua hal yang membuat kita mencapai di titik teratas.
Dan gue sadar kalau sekarang, hingga pada titik dimana gue mampu mempunyai apa yang gue inginkan dengan apa yang gue harapakan udah mulai nampak, semua itu nggak terlepas dari support oleh orang-orang disekitar gue, orang tua, temen, partner kerja. Dan semua orang-orang dibelakang gue yang udah "ngebantu" support dengan materi maupun ide adalah orang-orang hebat buat gue.
Karena, tentang argumentasi gue belajar untuk ngedengerin perkataan/pendapat orang-orang yang ada disekitar gue, karena gue percaya kalau pendapat itu akan ngebuat gue menjadi lebih baik.
Kadang beberapa dari mereka "memaksakan" sesuatu hal yang memang udah "nggak" mungkin lagi dijalani dengan ego yang berlebihan justru akan ngebuat semuanya jadi berantakan. Tapi jika beberapa dari mereka "mengerti" tentang keadaan yang nggak seharusnya di perdebatkan akan mencoba mundur dan menganggap sebuah langkah kebelakang akan lebih baik dari pada maju kedepan tapi nggak tahu apa yang harus dilakukan.
Seperti cinta, sebuah cinta nggak akan pernah bisa dipaksakan, tapi cinta juga nggak bisa menunggu. Yang dibutuhkan cinta adalah mendapatkan waktu yang pas untuk cinta, dan waktu yang pas itu akan muncul jika kita mulai mencarinya bukan menunggunya kapan ia datang.
Hidup akan berarti jika "mereka" yang menikmatinya membuat orang-orang disekitar mereka mampu tersenyum bahagia, mampu merasakan kebahagian ketika sedih dan mampu mengerti ketika ia tahu harus berarti.
Hidup ini seperti roda kendaraan, ia akan berputar terus dan terus. Terkadang ia akan berhenti pada titik tertinggi dan terkadang akan singgah sementara pada titik terendah. Tapi ada beberapa dari "mereka" yang entah nggak mau "mengerti" atau memang "sengaja" nggak mau mengerti tentang keadaan dimana "mereka" sudah mencapai titik tertinggi itu, dan hingga pada akhirnya melupakan semua yang menemani bayang-bayangnya hingga mencapai titik tersebut.
Ya, gue percaya jika titik terendah akan menyadarkan sebuah ego dimana dahulu "mereka" pernah berada pada titik itu, karena sebuah kehidupan akan dimulai dari tingkat paling rendah hingga tertinggi nantinya begitu juga sebaliknya.
"Kadang sebuah materi dapat menghapus memori cerita tentang pencapaiannya hingga pada posisi tersebut, seperti syndore amnesia (lupa)"
Sekarang gue belajar untuk tetap nggak bergantung pada seseorang, gue belajar menjadi yang lebih baik untuk "mereka", gue belajar untuk "nggak" menjadi terpenting. Karena gue tahu semua yang berarti akan "membutakan" sebuah jalan pikiran.
Itu tentang seni kehidupan.
0 Komentar