Puasa kali ini gue sering berbuka
dengan mie instan, padahal gue tinggal bersama orang tua, tapi kehidupan
seperti anak kost. Lalu gue berfikir, mungkin ini seperti pembelajaran, belajar
menjadi mandiri. Karena puasa adalah belajar menerima sesuatu hal yang pahit.
Maka dari itu slogan puasa adalah,”Berbukalah dengan yang manis.” Ya, slogan
itu bertujuan agar rasa pahit nggak terasa begitu pahit.
Ngomong-ngomong soal pahit, pahit
bukan berasal dari teh yang belum dikasih gula, kopi yang belum dikasih gula
dan coklat yang belum dikasih tambahan gula juga. Tapi pahit juga ketika kita
memilih hati yang dianggap manis, namun pada akhirnya rasa pahit yang terasa.
Ya, sebuah perpisahan yang tidak baik-baik.
Rasa adalah bagian penting
tentang segala hal yang kita rasakan, seperti minuman dengan rasa manis, dan
cinta dengan rasa manis, sama-sama manis tapi berbeda artinya. Tentunya kalian
tahu, jika pernah merasakan jatuh cinta.
Padahal apa yang kita mau itu
sama, sama-sama ingin merasakan manis, tapi ketika ada sesuatu hal yang rusak,
semua rasa manis itu sudah tak berguna lagi, bahkan tak menjadi penting.
Ada
seorang teman yang tampaknya sedang patah hati, kenapa gue bisa bilang dia
patah hati, jawabannya simple; status media sosial. Media sosial menjadi tempat
kedua untuk bercurhat setelah orang yang benar dipercaya, nggak percaya? Tengoklah
teman kalian ketika sedang galau, jatuh cinta atau sedang marah-marah, mereka
akan menyibukan diri untuk menuliskan status facebook, blackberry messenger,
twitter dan media sosial lainnya.
Media sosial sangat berperan
penting akhir-akhir ini, padahal dulu jika kita sedang ingin mencari keberadaan
teman adalah mengunjunginya kerumah, dan jika sandal atau apapun barang yang
biasa bersamanya tidak ada, maka dengan pasti dia tidak ada juga. Lain halnya
jika di media sosial, sekarang kita hanya membuka halaman media sosial, dan
melihat tulisan terakhir seorang teman disana, dan 80% tulisan itu benar, 20%
hanya untuk menjadi eksis.
Seorang teman yang sedang patah
hati ini sudah lebih dari tujuh hari menuliskan status-status galau, di
facebook, blackberry messenger, dan twitter. Soalnya dia hanya memiliki tiga
account itu, pernah suatu ketika dia menuliskan tweet seperti ini;
@temangalau: Tidak tahu mengapa ini disebut patah hati,
karena bukan hanya hati yg sakit.
Kemudian gue replay
seperti dibawah ini
@twinerwinnn:
#TweetAbisPutus “@temangalau: Tidak tahu mengapa
ini disebut patah hati, karena bukan hanya hati yg sakit.
Lalu ada teman lain
yang mereplaynya lagi
@Setiawan_Yulvi: wkwkwk RT @twinerwinnn: #TweetAbisPutus
Terakhir teman galau
mereplay juga
Njir pada seneng lu
semua , (˘̶̀• ̯•˘̶́'') RT @Setiawan_Yulvi:
wkwkwk RT @twinerwinnn: #TweetAbisPutus
Gue dan beberapa teman lain sangat senang membully teman
yang sedang patah hati, kenapa senang, jawabnnya simple; suatu malam selepas
senja gue pernah mengadakan kumpul bersama, tempat ngumpul kita tidak cukup
mewah dan tidak cukup mewah, memang tidak mewah. Sederhana, makanan dan minumannya
pun cukup sederhana. Setelah Janjian lewat pesan singkat, gue mengunjungi salah
satu teman dahulu, lalu menunggu di tempat yang sudah ditentukan, setelah
beberapa menit menunggu, muncullah teman gue yang sekarang galau ini membawa
seseorang dijok belakang motornya, gue pikir lagi bawa nyokapnya, ternyata setelah
berjalan beberapa langkah menuju meja gue, itu pacar dia. Lalu hal itu seperti
pukulan yang sangat keras kepada gue dan teman disebelah gue. Keras sekali,
seperti dia berkata didalam hati, “Ini pacar gue, jadi kapan kalian punya pacar?” "Oh, itu pacar, kirain nyokap broh!" *kami berbicara didalam pikiran, seperti sinetron pada umumnya. #kemudianhening
Sebenarnya bukan tentang balas dendam, tapi seru aja gitu
nge-bully teman-teman yang tadinya sayang-sayangan, sekarang tiba-tiba
galau-galauan. Hehehe..
Tapi gue bukan menulis tentang dia, gue menulis
tentang bagaimana seseorang mengganggap sebuah hubungan itu menjadi manis tanpa
harus berakhir pahit, sebenernya banyak cara. Dari perhatian, komunikasi dan
beberapa pengertian tentang sesuatu hal. Tapi sayangnya ada beberapa dari
pasangan kita nggak pernah ngerti tentang kehidupan diluar hubungan pacaran
ini, seperti ada peraturan jika setiap hari harus memberikan kabar kepada
pasangannya, dan aturan yang paling gue masih bingung adalah, “Kenapa harus
cewe duluan yang sms, telfon atau nunggu?” kata seorang wanita yang statusnya masih menjadi pacar.
Ya kenapa? Sebenernya mau cowo atau cewe duluan yang
memulai itu sah-sah aja, malah kadang hal ini dijadikan pemicu untuk sebuah
perpisahan suatu hubungan yang udah dibangun, kan sepele.
Kadang kita terlalu mudah untuk memutuskan sesuatu hal
yang rumit, hingga pada akhirnya hanya sebuah penyesalan saja, bukan jalan terbaik.
Kemudian ketika kita sudah sama-sama tak saling
membutuhkan, maka tak akan ada lagi manis cinta ketika pagi menyambut, hanya
pahit, pahit dan pahit. Perpisahan itu sederhana, hanya ada sebuah perbedaan
yang mungkin sudah tak bisa dipersatukan lagi, lalu untuk apa kalian tenggelam
lebih dalam pada sebuah rasa kecewa, seharusnya kalian mengganggap hal ini
sebagai pembelajaran, bersyukur jika seseorang yang sudah dipilih itu bukan hal
terbaik setelah ada perpisahaan yang tidak baik-baik ini.
Let’s move..
Udah dulu deh, gue mau cari pacar lagi.. Daaa~
3 Komentar
Nice :)) kata-katanya bener bgt
BalasHapuscie.. cie ..
BalasHapusdipasang juga nech kolom komentar ...
Nice bro .. walau agak dikit nyesek bacanya ...
thanks fo u reading my blog :)))
BalasHapus