Waktu yang kuhabiskan menantimu terasa sungguh panjang, bahkan penantian akan rasa yang tak pasti ini seperti
melilitku sangat kencang, sehingga aku tak lagi mampu bernapas, sesak dan
menyakitkan.
Kau yang datang membawakan sejuta
kisah tentang rindu yang lama terhenti, kemudian kau yang kembali pergi
meninggalkan kenangan kasih yang tak bertuan, lalu aku harus mengadu dengan
siapa? Aku tak tahu lagi harus berbuat apa, hingga kau pergi dan hilang dalam
gelap malamku.
Terimakasih
kau telah menjadi bintang dimalamku,
walau tak seterang yang aku harapkan, kau meredup dan semakin menghilang.
Terimkasih
kau telah menjadi rasa di hambaran ingatanku, memaniskan kasih rindu yang sudah
lama pahit.
Terimakasih
kau telah menjadi riuh di sunyi pagiku, menemani hingga tak kembali lagi dalam
riuh kehidupan semesta yang kita jalani.
Terimakasih
telah menjadi cerita disecarik note yang aku miliki, hingga pada tulisan
terakhir aku tak lagi mampu mendefinisikan arti kamu.
Terimakasih
telah menjadi indah diruang ingatanku, lalu pada akhirnya memudar oleh waktu
yang sudah semakin renta.
Terimakasih
telah membawaku pada dunia indah dalam semesta, yang katanya adalah dunia peri
selembut bantalan kasih tentang kita, tapi aku tak mempercayainya setelah kau
pergi kembali.
Dan
terimakasih telah mencoba melupakanku, menjauh dari radar hatiku, mulai
menghilang dan tak Nampak lagi relung kasih seterang bintang itu.
Kepada
kau yang sudah pergi.
0 Komentar