foto gununglamaaraanuhea |
Menunggu
Aku telah datang bersama
harapan.
Menunggu dengan tenang
seperti sekarang.
Selalu menerka jika ada
seseorang yang datang.
Berharap itu kau seseorang
yang kuinginkan.
Dua cangkir kopi hitam sudah
tersisa ampas.
Aku masih cemas, menanti yang
tidak pasti.
Aku masih bertahan, ketika
harap tak pernah menepi.
Dua cangkir kopi hitam lagi
menemani, tapi keadaan sudah menjadi basi.
Kau yang selalu ku tunggu.
Kau juga yang selalu
melukaiku.
Kau yang selalu indah, tapi
kau juga yang membuatnya menjadi kelabu.
Kau yang menjadi aku, tapi
aku tak pernah bisa menemukanmu.
Cangkir putih ini sudah
menjadi kosong.
Kau masih saja belum kembali.
Detik jarum jam sudah
berputar dua puluh kali.
Kau masih saja bersembuyi di
balik ilusi.
Ah, ternyata aku menunggu sebuah bayang, bayang-bayang masa lalu kuharap akan indah.
Harusnya aku menyadari, jika berharap tak akan indah jika itu sebuah bayang ilusi.
Kau sudah pantas di sana, bersama lelaki yang membicarakan mimpi.
Aku di sini sudah menjadi pantas darimu, seseorang yang selalu berteman dengan sepi.
Bandung, 3 Oktober
0 Komentar