Kemarin sepulang gue dari ngantor
di daerah Jakarta Selatan, gue tergopoh-gopoh karena hujan mengejar dengan
cepat tepat di belakang gue, lalu gue singgah dulu di kantor gue yang lainnya
untuk meneduh sejenak, naik ke lantai tiga dan menemui seseorang teman.
Kami berteman sudah lebih dari enam ratus hari. Kami memiliki kesamaan, kami suka main pes, kami suka nge-drift, dan kami sama-sama suka dunia IT. Tapi ada satu perbedaan. Dia sudah memiliki pacar, sedangkan gue masih belum. Iya, gue belum menemukan hati lain ketika waktu itu gue dan mantan pacar sepakat untuk mencari jalan masing-masing.
Kami berteman sudah lebih dari enam ratus hari. Kami memiliki kesamaan, kami suka main pes, kami suka nge-drift, dan kami sama-sama suka dunia IT. Tapi ada satu perbedaan. Dia sudah memiliki pacar, sedangkan gue masih belum. Iya, gue belum menemukan hati lain ketika waktu itu gue dan mantan pacar sepakat untuk mencari jalan masing-masing.
Selama lebih dari tiga ratus
hari, dia (seorang teman) mencari cinta lain, mencari celah hati dalam
bayang-bayang kegagalan sebelumnya, hingga akhirnya sekarang terjatuh pada hati
yang katanya cocok. Seperti biasa, ketika seseorang sedang jatuh cinta, maka
dengan ajaib seseorang itu akan tersenyum sepanjang hari, dulu kalau mau makan
tanpa ekspresi, sekarang kalau mau makan sambil senyum-senyum.
Dulu kalau SMS biasa aja, sekarang kalau mau SMS sambil senyum-senyum. Dulu nggak ada yang nelfon, sekarang senyum-senyum kalau ditelfon. Ada satu hal yang tidak berubah, dulu denger kata deadline langsung stress, sekarang masih sama stress juga kalau denger satu kata itu.
Dulu kalau SMS biasa aja, sekarang kalau mau SMS sambil senyum-senyum. Dulu nggak ada yang nelfon, sekarang senyum-senyum kalau ditelfon. Ada satu hal yang tidak berubah, dulu denger kata deadline langsung stress, sekarang masih sama stress juga kalau denger satu kata itu.
Tapi gue nggak mau cerita tentang
deadline, udah cukup banyak deadline yang menghantui hidup gue, postingan blog,
puisi, novel dan hal-hal lain seperti pacar. Oke abaikan.
Sama halnya ketika seseorang
sedang jatuh cinta, hari-harinya penuh dengan taburan bunga yang berjatuhan
dari langit, membuat hati semakin bahagia walau seseorang yang sedang di jatuh
cintai itu nggak kelihatan.
Sedangkan jatuh cinta itu adalah satu kata yang sepaket dengan patah hati, seseorang itu akan merasakan patah hati, entah diawal, dipertengahan, atau diakhir perjalanan itu. Percaya, cepat atau lambat hal itu akan terjadi. Dan itu perih jendral!
Sedangkan jatuh cinta itu adalah satu kata yang sepaket dengan patah hati, seseorang itu akan merasakan patah hati, entah diawal, dipertengahan, atau diakhir perjalanan itu. Percaya, cepat atau lambat hal itu akan terjadi. Dan itu perih jendral!
Gue nggak tahu apakah seseorang
teman sedang patah hati, tapi dia pernah bercerita ketika satu waktu sedang
bebincang ringan dengan pacar, tanpa sengaja dia membaca pesan dari seseorang
lain yang diyakini adalah masa lalu dari pacarnya. Dan pertanyaan besar itu pun
muncul, “Masih sering main di zona masa lalu?”
Pertanyaan sederhana itu muncul
seketika, ketika guratan senyum bahagia yang sedang indah-indahnya.
Mungkin ada alasan lain untuk
zona yang katanya sudah berlalu itu, bisa saja seseorang itu belum sanggup
bangkit, mungkin saja seseorang itu masih terasa nyaman hingga akhirnya harus
bertahan disana, mungkin saja seseorang itu teringat sosok masa lalu yang
menjelma pada saat ini, atau mungkin saja ini fase balikan yang ketunda.
Dan alasan yang klise itu adalah “kita
cuma jaga hubungan kok, nggak lebih.” Nggak ada kalimat yang lebih rumit lagi
ketika pada akhirnya, “aku masih nyaman sama dia, kita sendiri-sendiri dulu ya.”
Untuk apa mempertahankan sesuatu yang jelas masih tenggelam dalam masa lalu, pada
akhirnya seseorang lain yang menemukan dia terdampar di masa depan akan merasa
kecewa telah menganggap bahwa dia adalah yang cocok. Cocok aja itu nggak cukup,
cocok kalau nggak nyaman untuk apa? Kita tahu, pada akhirnya nanti ketika sama-sama sudah
semakin renta hanya satu hal yang dapat kita lakukan, duduk berdua sambil
berbincang dengan nyaman.
Gue pernah ada disana, hingga
pada akhirnya hanya mampu melihat pundak cantik itu meredup dalam gelap bersama
seseorang pertama yang pernah dianggapnya nyaman. Ada satu hal yang terjadi
dalam kisah kita saat itu, kita sudah sama-sama berharap lebih, dan setelah
ketidakyakinan itu terjadi, kita hanya saling melambaikan tangan saja.
Atau ada alasan lain tentang masa
lalu yang kembali?
Seharusnya cerita baru itu
dimulai dari mengenal lagi seseorang yang beda.
Seharusnya kisah baru itu bukan
tentang menyamakan dengan hal yang sudah lalu.
Seharusnya kita bisa bertahan
tetap disini, ditempat kita memulai waktu itu. Bincang kecil, gelak tawa dan pesan-pesan
yang pernah saling kita kirim beserta emotikon lucu.
Seharusnya..
8 Komentar
Ceritanya lagi galau nih..
BalasHapusTapi keren ceritanya, ditunggu lanjutannya juga. :D
ini ngewakilin temen gitu, hehe
HapusGalau emang selalu bikin tulisan kita jadi lebih puitis plus melankolis.
BalasHapusSemangat kaka!
bisa jadi :D
HapusAku suka gaya bahasanya ._. Dan tulisan ini... bener banget -_-
BalasHapusTerimakasih! makanya move on :p
Hapusah ini apa ? kaya pernah ngerasain -_- cuma beda jawabannya aja jawabannya gak kaya gitu, ah sudahlah .. ini bagus, tapi itu kalimatnya emang ada yg diulang" yak? jadi bingung sendiri hhfftt
BalasHapuspembaca itu adalah editor yang baik :')
Hapus