here |
Yak, baru bisa ngeblog lagi,
emang ya kalo apa-apa gak pake planning kadang jadi berantakan, tadinya jadwal
ngeblog seminggu sekali, yah mungkin karena belum terbiasa makanya jadi ngaret gini.
Kali ini gue bakalan ngomongin
kegiatan yang bakal gue update setiap minggunya, dari bikin vlog dan posting
blog, kedua hal itu akan gue update setiap minggu, sampai akhir bulan ini
mungkin belum lancar, rencana awal bulan Februari akan gue laksanakan dengan
suka cita. Hehe
Perjalanan dari Dps-Cgk kemarin
malem ngebuat gue jadi mikir kalo sebenarnya kepergian itu seperti hujan, waktu nunggu boarding pesawat gue duduk di kursi tunggu dengan ditangan
kanan pegang sebotol ice tea yang gue beli di foodcourt bandara.
Gue duduk diantara orang-orang yang
sedang menunggu panggilan boarding, namanya Bapak Made bla, bla. Soalnya yang
gue inget cuma depannya aja. Dia cerita kalo lagi mau
terbang ke Papua dan transit dulu di Ujung pandang, karena delay satu jam kami
bisa bertukar cerita, Bapak Made ceritain kalo kepergiannya ke Papua untuk
bertugas di satuan polres daerah terpencil disana. Dia cerita panjang tentang kepergiannya ini akan menghabiskan waktu yang lama, dalam satu tahun cuma dua kali kembali
ke Denpasar, dia pun bercerita kalo udah berkeluarga dan memiliki anak berumur
satu tahun.
Di samping gue dia menelpon
seseorang yang ditandai bahwa itu istrinya, diujung sana dua orang menerima
panggilan itu, yang satu cewek dan yang satu anak cowok, beberapa detik setelah
intro, bapak Made ini menitikan air
mata, gue bengong disamping dia.
Bukan karena dia seorang polisi
yang terbiasa hidup tegas dan keras, tapi disisi lain dari pribadi yang tegas
dan keras ternyata ada ruang lemah disana. Dari hal itu gue percaya kepergian
dan hujan seperti dua hal yang sama, selalu diwarnai dengan air mata.
Dari kisah itu gue jadi inget
kapan gue terakhir ketemu pacar waktu akan terbang ke luar kota, waktu itu sih
emang gak ada air mata, tapi dari nada bicara terakhir dari telpon seperti ada
kata yang menyangkut di tenggorokan, seolah susah untuk dilepaskan keluar. Tapi
gue tahu kalo waktu itu ada tangis yang pecah.
Seperti halnya hujan ketika
datang, bagi orang yang patah hati selalu ada tempat ternyaman untuk sekedar
melihat rintikan bulir air itu berselancar diatas kaca jendela, dia selalu
menatap dengan mata nanar, dan berkata dalam hati, “aku kangen dia.” Tapi
kenyataannya, dia yang dikangenin gak pernah tahu, mungkin kalo tahu pun gak
pernah peduli, karena sesuatu yang dipaksakan gak akan berjalan dengan baik.
Cinta bukan tentang ada—tapi
cinta adalah tentang bagaimana menjadi ada untuk pasangan.
Dari kedua hal itu gue belajar
banyak, dari Bapak Made gue belajar bagaimana memberikan waktu terbaik untuk
orang yang gue sayangi sebelum waktu kepergian itu tiba, dan dari hujan gue belajar
bahwa bayangan mantan hanya tipuan mata belaka.
You must go on.
Nah, akhirnya kelar juga nih
posting, gue nulis ini pas hujan turun deras, tapi kali ini kaca jendela gak
ada bayangan mantan sih, hehe
0 Komentar