Akhir-akhir ini banyak teman yang
curhat sama gue, rata-rata mereka bilang kenapa harus ada patah hati, kenapa
harus ada sakit hati dan kenapa harus ada hati-hati yang bikin hati semakin
sakit?
Gue ngangguk-ngangguk aja, mencoba
memahami keadaan mereka, mencoba merasakan apa yang mereka rasakan, sesungguhnya gue
gak perlu mencoba untuk merasakan, tapi sebenarnya gue tahu betul rasanya sakit
hati seperti apa, gue masih ingat patah hati yang gue rasakan, terakhir kali gue membawakan bubur ayam yang gue beli di
depan gang rumah mantan, gue mengantarkannya dengan bahagia karena akan bertemu
dengan wanita tercinta, tapi beberapa minggu setelah itu, sehabis gue pergi ke
luar kota, mantan malah jadian sama sohib gue.
Sedih.
Sedih.
Seolah dunia hancur saat itu, tapi apakah gue harus tenggelam dalam duka? iya, sementara, kemudian gue bangkit dari kesedihan itu.
Lalu gue mulai percaya kalo kisah-kisah
pahit yang ada di ftv terjadi dalam hidup gue. Sekarang kalo diingat-ingat
lagi, gue geli sendiri, sebegitunya perjuangan gue tapi gak dianggap apa-apa.
Seperti kisah lain dari seorang teman, sebut aja Joko, gue kenal dengan Joko
waktu daftar ulang semesteran, kita sering jalan bareng sekedar cari angin
segar, ngobrol ringan seputar hobi. Kalo Joko ini cewek, mungkin udah gue gebet
dari kapan tahu.
Dia pernah patah hati, patah hati
yang pernah gue tahu dari hidup dia adalah, dengan seorang wanita yang dia suka
dari dua tahun lalu, iya, waktu selama itu kalo buat parkir di mall, gue
bakalan ngejual motor buat bayar parkir. Waktu selama itu juga yang bikin Joko
terdiam dalam riuh anak-anak kelas yang selalu kasih support habis-habisan
untuk kehidupan percintaannya, tapi Joko selalu diam mematung.
Sampai akhirnya dia memutuskan
untuk menyatakan cinta, tapi telat, wanita yang selama dua tahun dia puja-puja
dari kejauhan sudah punya pasangan, bahkan sudah jalan selama satu tahun, Joko
gak pernah tahu itu, pada akhirnya dia patah hati karena kisah tragis yang dia
buat sendiri karena takut patah hati.
Gue mulai sadar jika bahagia
adalah jembatan penghubung luka, sedangkan luka adalah jembatan penghubung
bahagia. Gimana mereka yang memahaminya, dari sudut pandang yang berbeda.
Tapi kebanyakan orang yang
dikategorikan patah hati selalu mengulangi hal yang sama, tahu patah hati, tapi
terus diulangi, mengejar yang berlari. Sedih, emang. Sebelum gue bersama pacar,
gue pernah melakukan hal itu, mengejar yang berlari, hingga akhirnya gue tahu
orang yang gue kejar terus berlari, sampai pada jarak lari yang sangat jauh itu
gue menyadari satu hal, kalo gini terus kapan sampainya?
Orang yang patah hati selalu
dilanda kegelisahaan, seolah hidup hanya berteman dengan kekhawatiran, takut untuk
menghadapi kenyataan, padahal kenyataan itu hanya ada dua, pahit dan manis, jika
pahit ubah jadi berkesan, jika manis, nikmati.
Akhirnya orang yang patah hati
hanya menganggap dirinya adalah produk gagal yang tuhan ciptakan, iya, mereka
orang yang patah hati selalu merendakan dirinya sendiri, padahal masih banyak
orang patah hati yang lebih patah dari dirinya. Satu hal yang pernah gue
lakukan saat patah hati, bersyukur.
Orang yang patah hati adalah
orang yang beruntung, orang yang patah hati adalah orang pilihan, tuhan memilih
mereka untuk hati lain, hati yang lebih baik, hati yang lebih mengerti. Orang
yang patah hati adalah orang yang spesial, mereka berbeda, mereka hanya
sementara berada pada titik tersakit, tapi pada akhirnya mereka akan kuat dan
belajar untuk tegar.
Diantara orang patah hati itu,
gue salah satunya.
2 Komentar
orang yang patah hati akan mengulanginya lagi, kenapa?
BalasHapuskarena ada rasa manis diblik pahitnya patah hati
iya.
Hapus