Gue menggunakan penerbangan pagi menuju Denpasar, biar
sampai sana gak siang-siang banget, ini untuk pertama kalinya gue pergi ke
pulau dewata, bukan untuk liburan tapi kerja, banyak yang bilang kalo kerja di
Denpasar enak, setiap hari ngerasa kayak liburan, gue bilang ‘gak’. Namanya kerja
ya kerja, sedangkan liburan ya liburan, esensinya beda.
Baca Tentang Pertemuan.
Kerja, lo lagi kerja dan membereskan segala hal yang
berfokus pada kemajuan perusahaan tempat lo kerja sedangkan liburan, lo
santai-santai tanpa ada jadwal meeting sama klien atau telpon dari bos yang
minta dikirimin draft penawaran.
Jadi jangan pernah punya mindset kerja di pulau Dewata = liburan sambil kerja.
Sampai di Denpasar gue langsung menuju kos, entah berapa
lama waktu yang gue habiskan di kota ini, gue belum tahu pasti, tapi gue tahu
gimana rasanya jauh dari kekasih hati. Seperti pada umumnya pasangan yang
sedang melawan jarak, setiap waktu selalu ada kisah pilu, selalu ada keinginan
untuk pergi ke bandara dan langsung berdiri tepat di depan pintu rumah kekasih
dan memeluknya dengan erat sambil bilang, ‘aku kangen.’
Karena gak ada kangen yang gak berakhir dengan ketemuan,
karena lagi, bagi gue kangen yang gak ketemuan itu sama aja kayak nasi goreng
tanpa garam, hambar.
Tapi gue sadar kalo jarak Jakarta-Denpasar sangat mahal, gue
bisa gak makan dua minggu cuma buat beli tiket kesana, pulangnya dengan ngambang
di pinggiran kalimalang karena gak punya ongkos beli tiket balik.
Tapi ya gitu, perbedaan waktu yang bikin gue makin gelisah,
padahal cuma duluan gue sejam loh tapi rasanya tuh lama, gue gak bisa
ngebayangin pasangan lain yang perbedaan waktunya bisa lebih dari 10 jam,
rasanya gimana tau tuh.
Seperti pada umumnya pasangan yang melawan jarak, gue sampai
ada jadwal buat telpon pacar, setelah gue kelar cari makan, sampai di kos gue
akan standby di depan telpon dan menunggu jam 8 WITA untuk menelpon pacar, kalo
lagi gak ada gangguan kita bisa menghabiskan 3 jam di telpon, padahal kalo lagi
ketemuan malah saling diam tanpa kata, alasannya karena bingung mau ngomongin
apa?
Sedih.
Awal-awal gue LDR dengan pacar penuh dengan duka, dari waktu
telpon yang terbatas karena something,
gue yang bisa ketemu sama dia Cuma 3 bulan sekali, itupun 2-3 hari, kemudian
gue harus balik lagi ke Denpasar.
Sampai pada bulan ke-8 gue berada di denpasar, gue
memutuskan untuk balik ke Jakarta, alasannya karena Denpasar gak beruntung
untuk gue jadikan partner kerja, dan alasan lain biar gue dekat dengan kekasih
hati.
Delapan bulan bertarung dengan jarak bikin gue kuat, bikin
gue ngerti pentingnya berkirim kabar, bukan hanya sekedar kalimat, ‘kamu
hati-hati ya disana’ atau ‘kamu udah makan’ tapi kalimat-kalimt itu penuh
dengan makna, penuh dengan kekhawatiran yang mungkin hanya sebagian orang yang
mengerti.
Lanjutannya minggu depan, biar asoy.
2 Komentar
Wah kayaknya si abang gak kuat LDRan nih haha. :D bawa aja atuh bang kekasihnya ke Bali.
BalasHapusudah gak LDR kakak :D
Hapus